ARBAIN DIKEJAR, HAJI TERANCAM GAGAL TOTAL

Konsultan Ibadah Haji Sektor Mekkah 2023-2024
Ketua Seksi Pemantapan dan Pembinaan Petugas Haji Embarkasi UPG/Mks 2025

Setiap musim haji, semangat ibadah jemaah Indonesia begitu menggebu, terlebih ketika menginjakkan kaki di Kota Madinah. Terlebih bagi jemaah haji gelombang I  yang lebih dahulu diberangkatkan ke Madinah sebelum prosesi inti haji. Di kota Nabi ini, banyak dari mereka yang menargetkan untuk menunaikan shalat arbain—yakni shalat berjamaah 40 waktu berturut-turut di Masjid Nabawi. Niat ini tentu baik dan penuh semangat ibadah. Namun, penting bagi jemaah untuk menimbang kembali, apakah mengejar shalat arbain sebagai sebuah “target mutlak” memang sejalan dengan semangat Islam yang mengajarkan keseimbangan dan kemudahan?

Perlu diketahui bahwa hadis tentang keutamaan shalat arbain memang ada, namun dari sisi keilmuan hadis, derajat sanadnya lemah (dhaif). Hadis ini menyebutkan bahwa siapa yang shalat 40 waktu secara berjamaah di Masjid Nabawi akan terbebas dari neraka dan kemunafikan. Meski boleh diamalkan dalam konteks fadhail al-a’mal (keutamaan amal), namun kita tidak boleh menjadikannya sebagai beban kewajiban, apalagi sampai meyakini bahwa siapa yang tidak melakukannya berarti rugi besar atau gagal dalam beribadah.

Yang perlu digarisbawahi juga, shalat arbain tidak ada kaitannya sedikit pun dengan ibadah haji secara formal. Ia tidak termasuk dalam rukun, wajib, maupun sunnah haji. Artinya, sah atau tidaknya ibadah haji, mabrur atau tidaknya amalan haji, tidak tergantung pada apakah seseorang berhasil menyelesaikan shalat arbain atau tidak. Ini murni bagian dari amal tambahan yang tidak berkaitan langsung dengan manasik.

Justru yang lebih dianjurkan selama berada di Madinah adalah memperbanyak ibadah berjamaah di Masjid Nabawi secara proporsional, sesuai kemampuan dan kondisi tubuh masing-masing. Satu kali shalat di Masjid Nabawi pahalanya seribu kali lipat dibanding shalat di masjid lain, maka tentu sangat disayangkan jika dilewatkan. Tapi ingat, kualitas lebih penting dari kuantitas. Shalat yang dilakukan dengan tenang, khusyuk, dan penuh kehadiran hati jauh lebih bermakna daripada sekadar mengejar angka 40 dengan tubuh yang dipaksakan.

Apalagi, banyak jemaah gelombang pertama yang kelelahan karena belum terbiasa dengan cuaca panas, waktu istirahat yang berubah, dan adaptasi terhadap ritme ibadah yang padat. Dalam euforia ibadah, ada yang memaksakan diri untuk terus bolak-balik ke masjid demi mengejar shalat arbain, padahal tubuhnya belum benar-benar pulih dari jetlag atau kelelahan. Tidak sedikit pula yang akhirnya jatuh sakit, bahkan harus dirawat menjelang keberangkatan ke Makkah untuk puncak haji. Ini tentu sangat disayangkan.

Padahal, tujuan utama singgah di Madinah adalah untuk ziarah—berkunjung ke makam Rasulullah SAW, berdoa di Raudhah, dan menelusuri jejak kehidupan beliau. Ini adalah bagian penting dari pembinaan spiritual sebelum memasuki prosesi haji. Maka sebaiknya jemaah menggunakan waktu di Madinah untuk memperkuat mental dan spiritual, bukan justru melemahkan fisik dengan amalan tambahan yang tidak wajib.

Islam tidak pernah memaksa. Nabi SAW bersabda, “Permudahlah, jangan dipersulit. Berilah kabar gembira, jangan membuat orang lari.” (HR. Bukhari-Muslim). Maka mari bijak dalam beribadah. Jemaah gelombang pertama punya waktu yang cukup di Madinah, tapi bukan berarti harus memforsir diri. Gunakanlah waktu itu untuk beribadah sebaik mungkin, tanpa melupakan hak tubuh, dan menjaga stamina untuk puncak ibadah haji di Makkah nanti.

Akhirnya, mari pahami bahwa haji mabrur tidak ditentukan oleh angka arbain, tapi oleh ketulusan hati, akhlak yang mulia, dan perubahan sikap setelah kembali ke tanah air. Jangan sampai semangat ibadah membuat kita lalai menjaga keselamatan dan keseimbangan diri. Karena sejatinya, Islam mengajarkan ibadah yang penuh cinta dan kesadaran, bukan keterpaksaan.

Bagikan :

Artikel Lainnya

Alumni PBSB Angkatan 2007–2019 A...
Tes Masuk Santri Baru An Nahdlah...
"Guru Hebat, Madrasah Kuat" — Wo...
Sinergi dan Syukur: Penerimaan R...
Pondok Pesantren An Nahdlah Maka...
Santri An Nahdlah Makassar Boron...

Hubungi kami di : (0411) 3614223-3632073

Kirim email ke kamiponpes.annahdlah01@gmail.com